ISLAM




Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillah,

Mengapa Kita Perlu Membahas Bid'ah ??

Pada suatu ketika, dalam sebuah halaqah kecil, para jamaah ditanya satu-per-satu dengan pertanyaan “Bapak sudah tahu apa itu bid’ah?”.

Dan subhanallah, bisa dikatakan 90% dari jamaah baru mendengar istilah ini, sementara mereka yang ditanya bukanlah para muallaf (orang yang baru masuk Islam), tetapi mereka adalah orang yang sudah Islam sejak lahir dan umurnya berkisar antara 20 – 50 tahun. Ini menunjukkan kenyataan betapa masih asingnya istilah ini bagi kebanyakan kaum muslimin.

Namun kelihatannya istilah bid’ah ini tidaklah terlalu asing bagi para pemuda yang cukup aktif dan ‘melek’ terhadap agamanya, meskipun kebanyakan belum sampai pada pengertian yang diharapkan.

Sebagian pemuda yang baru mengenal sedikit tentang istilah ini dan menerimanya dengan sepenuh hati, cenderung terlalu hati-hati dan terburu-buru sehingga kurang luwes dalam menerapkannya.

Sebaliknya, sebagian yang lain yang sedang asyik dengan amalannya dan ternyata amalan itu dikatakan bid’ah, alih-alih mempelajarinya dengan hati yang ikhlas serta minta petunjuk kepada Allah Ta’ala, mereka cenderung defensif (mempertahankan diri), bahkan tak jarang mulai melempar tuduhan dan fitnah demi mempertahankan bid’ahnya.

Selain itu, masih ada lagi sebagian kaum muslimin yang menganggap membicarakan bid’ah ini tidak menarik, karena ujung-ujungnya akan terjadi perdebatan tiada akhir.

Kalau kita lihat kembali ke belakang, akan kita dapati bahwa istilah bid’ah itu pertama kali diperkenalkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sendiri. Bahkan beliau shallallahu’alahi wasallam sering mengulang-ulang dalam pembukaan khutbahnya, sebagaimana riwayat yang shahih dari Imam Muslim rahimahullah dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah matanya memerah, suaranya begitu keras, dan kelihatan begitu marah, seolah-olah beliau adalah seorang panglima yang meneriaki pasukan ‘Hati-hati dengan serangan musuh di waktu pagi dan waktu sore’.

Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat adalah bagaikan dua jari ini. [Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya].

Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867)

Juga sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pada kesempatan lain:

“Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak.

Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama).

Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat. (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).

Dan masih banyak lagi hadits lainnya serta atsar dari Sahabat radhiyallahu’anhum ‘ajma’in yang menunjukkan betapa pentingnya memahami fenomena bid’ah ini.

Tentunya dengan pemahaman yang utuh dan tuntas, berdasarkan Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih, pemahaman para Sabahat dan 2 generasi terbaik setelahnya, serta kaidah-kaidah bahasa Arab dan kaidah-kaidah ushul yang telah disepakati oleh ulama.

Hal itu karena memahami ilmu tentang bid’ah berarti memahami hal-hal yang dapat memperbaiki amalan kita serta dapat menyelamatkan kita di akhirat, insya Allah.

Betapa indahnya perkataan Ibnu Qudamah, “Hikmah dan kemampuan tidak akan tampak sempurna kecuali dengan menciptakan lawannya agar masing-masing diketahui dengan pasangannya.

Cahaya diketahui dengan adanya gelap, ilmu diketahui dengan adanya kebodohan, kebaikan diketahui dengan adanya keburukan, kemanfaatan diketahui dengan adanya kemudharatan, dan manis diketahui dengan adanya pahit”
[Ta’wil Mukhtalaf Al-Hadits : 14].

Dan yang termasuk kepada yang seperti itu adalah Sunnah, dimana Sunnah tidak dikenal kecuali dengan Bid’ah, sebagaimana Tauhid tidak dapat dikenal dengan sempurna kecuali dengan mengetahui yang Syirik.

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi berkata, “Perbedaan semua manusia kembali kepada tiga hal, dan masing-masing memiliki lawannya. Yaitu : Tauhid lawannya syirik, sunnah lawannya bid’ah, dan taat lawannya maksiat” [Al-I’tisham : I/91]

Allah Ta’ala memerintahkan untuk menyembah hanya kepadaNya dan melarang dari berbuat syirik, maka kesempurnaan tauhid kita hanya terjadi jika kita mengenal apa yang dapat mengotorinya, yaitu kesyirikan.

Begitu pula Allah Ta’ala memerintahkan agar kita mengikuti Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, maka kesempurnaan ittiba’ (mengikuti Sunnah) hanya akan terjadi jika kita mengenal apa yang dapat merusaknya, yaitu segala bentuk bid’ah.

Demikian juga dalam ketaatan, dimana hanya akan sempurna jika bersih dari segala bentuk kemaksiatan.

Untuk itu, pertama-tama tanamkanlah keikhlasan dalam diri kita, lapangkan dada, singkirkan fanatisme golongan karena hal itu dapat menghalangi kita dari ilmu.

Selanjutnya, dengan penuh kesabaran, pelajarilah ilmu tentang bid’ah ini secara tuntas, jangan sepotong-sepotong. Jangan terpancing dengan berbagai fitnah dan tuduhan-tuduhan serta debat kusir yang ada.

Salah satu cara untuk tabayun (cross check) fitnah terhadap ulama adalah dengan melihat kepada kitab aslinya, bukan dari nukilan-nukilan yang kemudian diinterpretasikan secara sepihak demi untuk mempertahankan diri. Maka dalam hal ini diperlukan kejujuran.

Diantara kitab yang mengupas ilmu tentang bid’ah dengan baik adalah Al-I’tisham karya Imam Asy Syathibi rahimahullah dan Ilmu Ushul Bida’ karya Syaikh Ali Hasan Al-Halabiy hafidhahullah.

Insya Allah, dengan memahami ilmu bid’ah secara utuh akan terhindar dari sikap berlebihan dalam urusan bid’ah dan juga terhindar dari sikap meremehkannya, sehingga diharapkan akan lahir sikap pertengahan, yaitu semakin bersemangat untuk menghidupkan sunnah serta dapat bersikap dengan tepat terhadap fenomena bid’ah.

Setelah mengetahui hal ini, masihkan kita menganggap membicarakan bid’ah adalah sesuatu yang tidak menarik?

Kita memohon kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat, dan kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.
 
 
 
 
 

 Dakwah Lewat Facebook adalah Bid'ah ??


"Jangan dakwah pakai FB, itu kan bid'ah, gak ada dijaman Nabi.. Ntar masuk neraka lho.."

Pernah dengar celetukan seperti itu..?? Hhhmm... Kalo dakwah di facebook bid'ah, berarti dakwah dimedia lain bid'ah juga dong..?? Kan juga gak ada dijaman Nabi.. Kasian para ustadz yang pada dakwah di TV, radio, majalah, buletin, dan media lainnya... Masuk neraka semua dong..??

Begitulah model pemikiran mereka yang berusaha melegalkan bid'ah (hasanah), ahirnya apa saja yang sebenernya bukan bid'ah maka ia bid'ahkan.. Yang entah sebenrnya ia tahu tapi pura2 tidak tahu, atau mmg bener2 gak tahu.. Hingga ahirnya memahami agama hanya berpijak pada akal akalan, rasa rasa, serta ikut2an teman2nya..

Saudaraku... Facebook, internet, email, TV, radio, dlsb.. sejatinya hanyalah sarana atau alat komunikasi saja.. Sebagaimana jaman dulu ada surat menyurat.. Cuman jaman sekarang sudah lebih canggih, tapi prinsipnya tetep sama, yakni sama2 alat komunikasi..

Intinya : Kita menyampaikan suatu berita, entah itu dakwah atau apapun tidak secara langsung face to face, tapi lewat alat komunikasi tsb.. Apakah itu bid'ah..??

Bukankah Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga pernah berdakwah tidak secara langsung face to face sama orang yang didakwahi.. Beliau pernah lho berdakwah menggunakan media alat komunikasi.. Gak percaya..??

Silahkan buka shahih Bukhari.. Diriwayatkan secara panjang dalam hadits shahih bahwa Rasulullah pernah mengirim surat pada raja Heraklius agar masuk masuk Islam.. Bukankah hal tsb juga merupakan dakwah..?? Dan bukankah surat menyurat adalah alat komunikasi..?? Dari sini saja sebenernya sudah termentahkan tudingan mereka yang membid'ahkan dakwah di facebook..

Memang betul.. Berdakwah merupakan ibadah, namun sarana yang dipakai untuk berdakwah bukanlah bid’ah menurut istilah agama.. Seperti penggunaan microphone untuk pengeras suara, facebook, email sebagai pengganti surat-menyurat, video ceramah dlsb..

Dalam masalah dunia, apapun itu (dalam kasus ini mengenai teknologi), hukum asalnya adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang melarang atau mengharamkannya..

Adapun bid’ah dalam agama, ucapan itu telah disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alahi was salam, dimana dalam hadits beliau bersabda, potongan haditsnya adalah : "setiap bidah itu adalah sesat". Begitu juga yang dipahami oleh para sahabat dan ulama-ulama lain yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dengan baik..

Maka.. Semua hal dalam perkara dunia.. Semisal Motor atau Mobil buat ke masjid, Pesawat terbang buat naik haji, Hand Phone, TV, radio, Komputer dan FB buat dakwah, kertas buat nulis Qur’an dan hadits, Sekolah, Madrasah, pesantern, dll buat belajar agama, microphone di masjid buat khutbah dll.. Semua itu adalah sarana / washillah untuk ibadah, BUKAN IBADAHNYA ITU SENDIRI.. Itulah yang disebut dengan Mashlahatul Marsalah..

Sebab untuk urusan dunia, yang menyangkut ilmu pengetahuan, teknologi, alat komunikasi, transportasi, dan semua yang berkenaan dengan peradaban manusia.. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam peristiwa penyilangan serbuk sari kurma yang sangat masyhur :

"Kamu lebih mengetahui tentang berbagai urusan duniamu" [Hadits ini terdapat dalam Shahih Muslim (1366)]

Jadi.. Benda-benda yang disebutkan diatas itu adalah urusan dunia yang merupakan hasil kemajuan peradaban manusia secara umum dan pengembangan teknologi seiring dengan berjalannya waktu, yang mana orang kafir juga menggunakannya, dan tidak ada kaitannya dengan agama secara langsung..

Sesuatu yang berhubungan dengan masalah duniawi, itu bukanlah bid’ah yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi.. Silahkan mau buat mikrofon masjid, pesawat buat pergi haji, software dll..

Akan tetapi.. Yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallaam larang di sini adalah segala macam perkara baru dalam bentuk amalan / keyakinan agama dan syari’at, entah itu amalan-amalan (Fi’liyah) maupun Ucapan (Qouliyah) baik mengurangi atau menambahkan..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan dalam urusan agama yang bukan datang dari kami (Allah dan Rasul-Nya), maka tertolaklah amalnya itu" (SHAHIH, riwayat Muslim Juz 5,133)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Dan jauhilah olehmu hal-hal (ciptaan) yang baru (dalam agama). Maka sesungguhnya setiap hal (ciptaan) baru (dalam agama) itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”(HR Abu daud dan At-Tirmidzi, dia berkata Hadits hasan shahih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, patuh dan taat walaupun dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah pada Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan) kepada hal-hal yang baru itu adalah kebid’ahan dan setiap kebid’ahan adalah kesesatan”. [SHAHIH. HR.Abu Dawud (4608), At-Tirmidziy (2676) dan Ibnu Majah (44,43),Al-Hakim (1/97)]

Dari sini.. Maka telah jelaslah sudah : Bahwa berdakwah lewat media alat komunikasi bukan bid'ah..

-

Masih ngotot membid'ahkan dakwah di facebook..??

Semoga Allah memberi kemudahan untuk memahaminya..

 sumber :Membedah bid'ah
 Siapakah pemecah belah dan dalang dari segala permusuhan ?

 Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillah,


Banyak kita mendengar perkataan berikut: “Tuh kan, ente sih dakwah… jadinya pada musuhan deh!” atau kata-kata “sudahlah tinggalkan dakwah yang menyeru kepada tauhid/sunnah… karena hanya memecah belah ummat”

Tidak tahukah mereka bahwa Allah berfirman:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): “Sembahlah Allah”. Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan. (an Naml: 45)

Jika kita asumsikan orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar tersebut telah menjalankannya dengan cara yang BENAR…

Maka sebenarnya “biang kerok” adanya permusuhan ini, bukanlah pada dakwah yang diserukan (lihat asumsi diatas)… Bukan pula pada para penyerunya (lihat lagi asumsi diatas)…

Tapi yang sebenarnya jadi masalah disini adalah mereka yang MEMUSUHI dakwah tauhid, dikarenakan mereka merasa telah DIUSIK HAWA NAFSUnya (sehingga merekapun mengobarkan api permusuhan)…

Maka mengapa engkau langsung menunjukkan jari jemarimu kepada orang-orang yang meluruskan yang bengkok ?

Sedangkan yang membuat dan yang membiarkan kebengkokan lepas dari celaanmu ?

Ataukah justru dirimu sendiri yang telah terusik? sehingga engkau ingin dakwah ini dihentikan agar usikan tersebut berhenti?

Bukankah engkau telah membaca/mendengar FirmanNya:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berpecah belah…” (Aali Imraan: 103)

Sangat jelas dalam ayat diatas bahwa penyebab utama terjadinya perpecahan itu adalah TIDAK BERPEGANGNYA MANUSIA diatas agama yang disyari’atkan Allah!!!

Oleh karenanya, jika kita berbicara tentang persatuan; maka yang diinginkan darinya adalah bersatu diatas agama Allah. Dan ingat; satu-satunya agama yang diakui, diterima dan diridhai Allah HANYALAH ISLAAM. Sebaliknya, hakekat perpecahan adalah menyelisihi agama Allah.

Dikarenakan banyak manusia tidak mengetahui hakekat persatuan dan perpecahan inilah… menjadikan mereka menuduh (tanpa ilmu) bahwa orang-orang yang hendak mengusahakan “persatuan” dikatakan “pemecah-belah”; sementara orang yang membiarkan kemungkaran (tetap ada), bahkan orang menyerukan kepada berbagai kemungkaran malah didiamkan dan lepas dari celaannya…

Ataukah maksud celaanmu ini untuk mempersatukan yang haq dengan yang baathil?

Maka ini tidak mungkin… Karena didalam ayat dalam surat an Naml diatas pun sudah Allah katakan bahwa pengikut al haq PASTI akan BERMUSUHAN dengan pengikut kebathilan…

Maka bagaimana engkau hendak “mempersatukan” orang-orang yang TELAH PASTI permusuhan antara keduanya?!

Bahkan sesama AHLUL BATHIL (yang hendak bekerjasama untuk melawan ahlul haq) meski nampak “bersatu”, pada hakekatnya mereka BERPECAH BELAH.. Bahkan dengan perpecahan yang sangat!!

Allah berfirman

Permusuhan antara sesama mereka adalah SANGAT HEBAT.. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. (al Hasyr: 14)

Maka tinggal ada dua pilihan,

- menjadikan ahlul haq memaklumi kebathilan, meninggalkan al haq, dan “bersatu dengan ahlul baathil”…

- ataukah menjadikan ahlul bathil tunduk kepada al haq, dan meninggalkan kebathilannya?

Adapun usaha-usaha untuk menyatukan yg haq dan yg baathil yg dilakukan kaum munaafiqiin sejak dahulu maka ini adalah termasuk bentuk kerusakan dimuka bumi yang justru mereka mengira “membuat perbaikan” (simak al baqarah: 11-12)…

Tidaklah mereka berlaku demikian, melainkan karena disebabkan mereka senantiasa berada diatas KERAGUAN, KEBIMBANGAN, serta KEBODOHAN yang amat sangat tentang agama mereka…

Maka semoga Allah mempersatukan kita diatas kebenaran, menjauhkan kita dari kebathilan, serta menjauhkan kita dari kebodohan, keragu-raguan maupun kebimbangan.. Aamiin..



 Islam; Tegashttps://www.facebook.com/islam.tegas
 
 
Download Hadits Digital Bahasa Indonesia Gratis




Sumber ajaran Islam ada 2: Al Qur’an dan Hadits.Itulah pedoman bagi ummat Islam agar tidak tersesat. Nabi berkata: “Aku telah meninggalkan pada kamu dua hal. Kitab Allah dan sunnahku, kamu tidak akan sesat selama berpegang padanya. (Riwayat Tirmidzi)
Bagi yang ingin mendownload software Hadits Digital Bahasa Indonesia Gratis silahkan klik:
HaditsWeb5 CHM:
Catatan: Jika ada iklan, tunggu 3 detik dan klik “SKIP” atau “LEWATI” di kanan atas layar
HaditsWeb5 HTML
Hadits Web 5.0 HTML ini dapat dijalankan di Microsoft Windows, Linux, Apple Mac, HP (Hand Phone), SmartPhone, BlackBerry, iPhone, iPad, PC Tablet, dan PC Pocket lainnya.
Hadits Web 5.0 CHM untuk Windows:
Hadits Web 6 CHM:
Hadits Web 6 Installer (EXE) untuk Windows:
Dibanding Hadits Web 5:
Keunggulan: Ada murotal/suara jika didownload komplit, tulisan lebih sempurna karena dalam bentuk gambar/image
Kekurangaan: Tulisan Arab dalam bentuk gambar. Bukan teks. Jadi tak bisa dicari
http://www.ziddu.com/download/4437215/HaditsWeb3.zip.html
Anda juga bisa mendownload HaditsWeb4 dengan tambahan Kitab Riyadlush Sholihin di sini:
Isinya:
  • Al Qur’an Digital
  • Sahih Bukhari
  • Sahih Muslim
  • Bulughul Marom
  • Syarah Arbain Nawawi
  • Tokoh Hadits
  • Sekilas Ilmu Hadits
Software ini formatnya CHM (Compiled HTML). Ada fasilitas index berdasarkan topik. Ada juga fasilitas untuk mencari topik/kata-kata tertentu seperti puasa sehingga bisa mencari hadits dengan mudah. Silahkan klik gambar di atas untuk memperbesar sehingga jelas sedikit features dari Hadits Digital ini.
Hadits ini dibuat oleh saudara Sofyan Efendi. Semoga ini bisa jadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Keterangan dari pak Sofyan:
Petunjuk Penggunaan khusus untuk HaditsWeb versi HTML:
1. Buatlah folder baru dengan nama HaditsWeb di dalam memori card atau harddisk di Microsoft Windows, Linux, Apple Mac, HP (Hand Phone), SmartPhone, BlackBerry, iPhone, iPad, PC Tablet, atau PC Pocket Anda. Untuk HP, Anda akan memerlukan bantuan PC. Silahkan gunakan card reader, blue tooth, ataupun kabel konektor HP ke PC, untuk mengakes memori card di HP Anda. Ket: Nama folder tidak harus HaditsWeb, boleh menggunakan nama yang lain.
2. Extract (pindahkah atau keluarkan) seluruh file di dalam file zip yang sudah Anda download tsb ke folder baru tersebut.
3. Untuk HP, pastikan Anda menyimpannya disuatu folder yang bisa diakses oleh aplikasi Web Browser di HP Anda. Untuk pengetesan, silahkan buka File Manager / File Explorer di HP Anda, kemudian cobalah buka file index.htm yang terdapat di folder (root utama) HaditsWeb tersebut. File index.htm ini adalah halaman utama atau menu utama HaditsWeb.
4. Bilamana file index.htm dapat terbuka dengan sempurna, maka buatlah suatu shortcut atau bookmark untuk file index.htm tersebut, sehingga memudahkan Anda untuk mengakses HaditsWeb ini secara offline.
5. Untuk membuka menu Pembacaan Al-Qur’an Metode DIH, pastikan aplikasi Web Browser di Microsoft Windows, Linux, Apple Mac, HP (Hand Phone), SmartPhone, BlackBerry, iPhone, iPad, PC Tablet, ataupun PC Pocket yang Anda gunakan tersebut sudah mendukung penggunaan Adobe Flash Player, yang bisa didownload di: http://get.adobe.com/flashplayer .
Untuk download software-software lainnya, silahkan kunjungi:
http://trendmuslim.com/index.php?main_page=page&id=16
Bilamana sahabat-sahabat mengalami kesulitan dalam hal download HaditsWeb, untuk kemudahan mengakses HaditsWeb secara offline, silahkan pesan HaditsWeb Full Version. Pada HaditsWeb Full Version ini, terdapat 7 DVD, dimana dalam masing-masing DVD terdapat file-file yang diperlukan untuk installasi HaditsWeb berikut dengan file-file MP3 nya untuk seluruh qori (18 qori), sehingga kita tidak perlu download lagi. Untuk pemesanan, bisa kunjungi link berikut:
http://opi.110mb.com/haditsweb/pemesanan_haditsweb.htm
Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pengguna HaditsWeb selama ini, semoga berkenan, bermanfaat dan barokah untuk kita semua, terima kasih.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Sofyan Efendi.
Email: SofyanEfendi@gmail.com
http://trendmuslim.com/
http://opi.110mb.com/
Anda bisa juga mendownload Al Qur’an Digital dengan terjemahnya, Kamus Bahasa Arab, Presentasi Aqidah Islam, dsb di:
Sampaikanlah informasi ini ke saudara-saudara dan teman anda.







 Mahalnya Hidayah...!!!!
 

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillah,

Setiap orang pasti mendambakan kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain, sebab sudah menjadi tabiat manusia bahwa ia senang jika melihat orang lain berbahagia seperti dirinya.

Namun perlu diketahui bahwa persoalan hidayah bukanlah perkara mudah bagi setiap orang. Persoalan hidayah hanya ada di tangan Allah -Azza wa Jalla-. Dia-lah yang menentukan siapa diantara hamba-hamba-Nya yang berhak mendapatkannya.

Tak ada seorang makhluk pun yang berhak menentukan bahwa si fulan dan fulan yang mendapatkan hidayah.

Seorang hamba hanyalah dibebani oleh Allah untuk berusaha memberikan petunjuk tentang jalan-jalan hidayah. Adapun seorang diberi hidayah untuk mengamalkan dan melakukan jalan-jalan tersebut, maka bukanlah urusan hamba si pemberi nasihat.

Tapi semuanya kembali kepada Allah -Azza wa Jalla-. Bahkan diri seorang hamba, ia tak mampu beri hidayah, kecuali Allah yang menunjukinya dan memberinya taufiq untuk menapaki jalan-jalan hidayah.

Saudaraku, hidayah bagaikan permata –bahkan lebih dari itu-, sulit untuk didapatkan, kecuali bagi orang-orang yang Allah rahmati. Lantaran itu, para nabi saja tak mampu memberi hidayah kepada keluarga mereka.

Lihat saja Nabi Nuh -alaihish sholatu was salam- tak mampu memberikan hidayah kepada anak dan istrinya.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.”

Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya.

Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang Aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Huud : 45-47)

Perhatikanlah, Nabi Nuh -Shallallahu alaihi wa sallam- telah lama mendakwahi kaumnya, dan keluarganya. Bahkan anak dan istrinya termasuk orang-orang merugi, karena tak mengikuti jalan hidayah yang Nuh ajarkan kepada mereka. Mereka lebih memilih jalan kekafiran. Na’udzu billah min dzalik.

Inilah yang Allah jelaskan dalam firman-Nya,

Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku Telah menyeru kaumku malam dan siang,

Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.

Kemudian Sesungguhnya Aku Telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya Aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam”. (QS. Nuuh : 5-9)

Dakwah ini dilakukan setelah da’wah dengan cara diam-diam tidak berhasil. Sesudah melakukan da’wah secara diam-diam, kemudian secara terang-terangan namun tidak juga berhasil. Maka nabi Nuh -alaihish sholatu was salam- melakukan kedua cara itu dengan sekaligus. Tapi juga tak berhasil memberikan hidayah kepada kaumnya. Ini menunjukkan mahalnya hidayah.

Nasib yang serupa juga menimpa istri Nabi Luth -alaihish sholatu was salam-. Beliau hidup serumah dengan istrinya, bergaul, dan berjumpa. Akan tetapi hidayah itu tak menembus relung hatinya. Hidayah itu hanya masuk telinga kanan, lalu keluar dari telinga kiri!!

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu”. (QS. Al-A’raaf : 83-84)

Istrinya dibinasakan, karena ia enggan mengikuti jalan hidayah yang ditawarkan oleh suaminya kepadanya. Alangkah sialnya seorang wanita yang berada di dalam rumah ilmu dan kenabian, dibacakan ayat-ayat dan nasihat kepadanya, tapi ia masih tetap enggan dan durhaka kepada suaminya.

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (Jahannam)”. (QS. At-Tahrim : 10)

Al-Imam Abul Fida’ Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Maksudnya, (perumpamaan) tentang bergaulnya dan hidupnya mereka di tengah kaum muslimin, hal itu tidak membuahkan hasil bagi mereka, dan tidak pula memberi manfaat kepada mereka sedikitpun di sisi Allah, jika iman tak ada dalam hati”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/171)]

Hidayah untuk beriman, mengamalkan sunnah, dan meninggalkan syirik, bid'ah, maksiat adalah perkara khusus, hanya ada di tangan Allah. Jadi, tak ada diantara hamba Allah yang mampu menentukan orang lain mendapatkan hidayah sampai Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- saja tak mampu memberi hidayah kepada paman beliau yang telah banyak membela dan menolong dakwah beliau.

Allah -Ta’ala- menurunkan ayat tentang Abu Tholib seraya berfirman kepada Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-,

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qoshosh : 56)“. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab At-Tafsir (3/273), dan Muslim dalam Kitab Al-Iman (1/54)]

Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, “Para ahli tafsir sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Tholib. Demikianlah kesepakatan mereka tentang hal itu telah dinukil oleh Az-Zajjaj dan yang lainnya. Ayat ini umum, karena tak ada yang dapat memberi hidayah, dan tidak pula menyesatkan orang lain, kecuali Allah -Ta’ala-”. [Lihat Syarah Shohih Muslim (1/97)]

Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata setelah membawakan ayat-ayat dan hadits di atas, “Demikian itu karena apabila beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- saja yang merupakan makhluk utama secara mutlak dan paling agung kedudukannya di sisi Allah, serta paling dekat amalannya; beliau saja tak mampu memberi hidayah kepada orang-orang yang beliau cintai berupa hidayah taufiq.

Hidayah itu semuanya hanyalah ada di tangan Allah. Dia-lah yang bersendirian dalam memberi hidayah kepada hati sebagaimana halnya Dia bersendirian dalam menciptakan makhluk. Karenanya, tampaklah bahwa Dia adalah sembahan yang haq”. [Lihat Al-Qoul As-Sadid (hal. 79)]

Syaikh Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata usai menjelaskan hal ini, “Jika permasalahannya demikian, maka bagaimanakah pandangan kalian tentang selain beliau (Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam-)?

Maka tak ada campur tangan dalam urusan makhluk bagi siapa saja, seperti arca-arca, berhala-berhala, para wali, dan para nabi. Urusan makhluk semuanya kembali kepada Allah”. [Lihat Al-Qoul Al-Mufid (1/290) karya Al-Utsaimin]

Jadi, Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- tak punya campur tangan dalam urusan makhluk, seperti memberi hidayah, menyelamatkan manusia dari siksa neraka, atau memasukkan mereka ke dalam surga. Semua ini adalah urusan Allah.

Olehnya, Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- pernah mendakwahi kerabatnya dan mengabarkan kepada mereka bahwa beliau tak mampu menolong dan menyelamatkan mereka di hari kiamat, jika mereka berbuat syirik, bid'ah dan maksiat.

Hendaknya seorang muslim selalu memohon hidayah taufiq agar ia senantiasa dibimbing oleh Allah menuju jalan-jalan hidayah yang mengantarkan ke surga-Nya. Lantaran itu, Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- mengajarkan kita doa yang masyhur:

“Wahai Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3517). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (2091)]

 Islam; Tegashttps://www.facebook.com/islam.tegas



Perbedaan Wahabi dan Salafy
 

Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H. Bukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H

Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, dan sangat jauh dari Islam.

Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam.

Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.

Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, Iran (Syiah) menuduh Arab saudi Wahabi, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi.

Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.

Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:

1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.

2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.

3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.

Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.

FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB

Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.

Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad setelahnya.

Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara.

Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]

Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab

1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)

Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.

Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–.

Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.

“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. Perkataan mereka adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan tidak sampai ke dalam hatinya – red.

Mereka terlepas dari agama; maksudnya, keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930, Muslim no. 1066)

2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama’ah)

Alangkah baiknya kami paparkan terlebih dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan. Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.

Syaikh berkata,

“Segala puji dan karunia dari Allah, serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat.

Akan tetapi aku mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku.

Bahkan aku jadikan Allah, para malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).

“Alhamdulillah, aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (Kitab Muallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36).

Jadi ternyata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bukan wahabi dan wahabi bukan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi Wahabi dari Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum

Demikian pula ternyata Salafy bukan wahabi dan wahabi bukan Salafy karena berbeda dalam Aqidah dan Manhaj

Dan negara Kerajaan Saudi Arabia bukan negara wahabi. Akan tetapi Negara Islam yang Bermanhaj Salaf


<br>
 Islam; Tegashttps://www.facebook.com/islam.tegas

KEBAHAGIAAN
Santai dulu ahh... Setelah beberapa waktu lalu dibahas tentang KENIKMATAN.. Maka kali ini kita bicara ttg hal yang saya juga yuakin bahwa semua orang sangatlah memimpikannya.. Yakni ttg : KEBAHAGIAAN

Bahagia itu mahal..?? Pertanyaan inilah yang pernah berkecamuk dikepala saya..

Saya kadangkala nglangut wal nglamun sedikit dicampur merenung. Di usia saya yang sekarang ini, yang notabene bisa dikatakan sudah mambu lemah, saya kok merasa belum menghasilkan prestasi apapun di bidang dunia maupun akherot..

Lha iya.. Rumah saja belum punya, pekerjaan tetap juga embuh , karir pun gak jelas. Sementara amalan akherot juga tanda (??) Bisa dikatakan gak ada prestasi saya yang membanggakan yang bisa mengangkat derajat saya di sisi Allah subhanahu wa Ta'ala. Meskipun.. Tentu saja semangat untuk menjadi hamba yang diridhoi Allah tetep membara.. InsyaAllah.

Sementara itu waktu hidup saya, sampeyan, dan kita semua ini.. Di dunia tentu saja makin berkurang waktu demi waktu. Makin digerogoti umur..

Apalagi saya.. Badan tak sekuat dulu lagi. Lari sekian meter saja sudah mengguk ngos-ngosan . Ngangkat - ngangkat sehari, pegelnya seminggu. Onderdil tubuh juga sudah makin peyok saja. Padahal kekarepan dan cita-cita yang dikejar masih banyak yang belum terwujud..

Saya pun melihat, beberapa shohib saya yang sekarang sudah punya rumah, ternyata kebanyakan mereka nyicilnya sampai belasan tahun sampe pecicilan , membiayai sampai biayakan. Sekarang baru berjalan lima tahunan. Masih bertahun-tahun lagi lunas. Itu pun direwangi mandi keringat bersabunkan kokot bolot wal daki di siang hari, dan nangis-nangis saat tahajud minta rejeki di malam hari.. Semoga Allah merahmati mereka semua..

Tak beda jauh dengan beberapa shohib saya yang lain, ada juga yang sudah naik mobil kinclong. Tapi gak semuanya kontan, ada juga yang kontan karena memang sudah sugih akibat ketiban waris dari morotuonya..

Dengan melihat kondisi penghasilan saya yang sekarang ini, maka untuk punya sebuah rumah dibutuhkan sekitar 15 tahun lagi cicilan, tentu saja dengan ngempet kebutuhan ini dan itu. Untuk punya mobil..?? Weh...., makin jauh lagi. Apalagi untuk memiliki keluarga ideal yang dikondisikan oleh lingkungan masyarakat yang harus punya ini dan itu.. Weh.. muke lo jaoooh.......

Namun.......

Saya kok jadi merenung lagi.. Apa betul keluarga yang ideal dan bahagia itu harus selalu punya ini dan itu sebagai syaratnya... ??????

Coba sampeyan perhatikan iklan-iklan produk yang semuanya menawarkan konsumerisme itu :

Produsen sabun berkata : "Belilah sabun ini, maka hidup anda akan lebih cerah.” Developer berceloteh : “Milikilah rumah disini, maka keluarga anda akan sejahtera.” Bank berkata : “Ngutanglah pada kami, hidup anda akan terjamin.” Produsen mobil nggabrul : “Miliki mobil ini, maka hidup anda lebih bahagia.” Sampai-sampai yang namanya produsen CD alias celana abdi dalem juga menawarkan kenyamanan hidup dengan penawarannya : “Pakailah CD kami, hidup anda akan nyaman..." bla bla bla.., dst.. Dan iklan2 lainnya pun demikian..

Kesejahteraan, kenyamanan, kebahagiaan dan jaminan hidup selalu dikaitkan dengan memiliki ini, mengendarai itu, memakai ini dan mengantongi itu..,dst, dst..

Hhmm.... :/ Konsep hidup semacam inilah yang akan menjadi siksaan bagi mereka yang makannya senen - kemis. Beda dengan sebagian orang yang rajin puasa senen - kemis : Dimana kalo senen ya nyenen, dan kalo kemis ya ngemis. Bagi kalangan elit alias ekonomi sulit , buat mereka baik senen maupun kemis ya tetep "ngemis" (maksudnya tetep aja sulit)

Bagi kalangan yang gak kuat iman, konsep hidup diatas bisa jadi akan dibiayai dengan dana yang tidak halal misalnya korupsi.. Bahkan sampai ada yang berceletuk : "Korupsilah, tanpa korupsi cita-cita tak akan tergapai !!" Ini genah celetukan koplo yang gak perlu didengar..

Tapi pertanyaannya mengapa kok sampe bisa begitu..??

Karena :

Konsep kebahagiaan, kesejahteraan, dan kenyamanan hidup yang ditawarkan oleh lingkungan sekitar kita membutuhkan cost yang tak murah. Maka tertanam pada diri kita semua bahwa :

"Bahagia itu mahal"

Mengapa..??

Karena bahagia itu adalah kesejahteraan dengan punya ini itu, kesehatan dengan program sehat ini dan itu, kenyamanan dengan memakai ini dan itu..

Maka sayapun jadi berpikir, kelihatannya penghasilan dan kemampuan saya tidak akan bisa membiayai harga kebahagiaan yang ditawarkan oleh konsep yang secara sadar atau tidak sadar dianut oleh kebanyakan gundul manusia ini. Untuk itulah saya merenung :

Jika untuk punya ini dan itu secara komplitan bak jamu, dibutuhkan waktu paling tidak 20 tahun lagi, sementara hidup di jangka waktu itu kudu ngempet … maka di saat selesai tidak ngempet lagi saya mungkin hanya sempat menikmati cuma beberapa saat saja… itupun kalo saya dikasih umur seumur Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam..

Maka saya pun menyimpulkan : Pastilah ada yang salah dengan konsep kebahagian yang mahal itu..

Satu pesan Nabi shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan :

Sholat sunnah 12 rakaat sehari semalam bisa buat mbeli rumah di surga. Sholat 2 rokaat sebelum shubuh ganjarannya lebih baik daripada dunia dan seisinya. Belajar satu ayat dari firman Allah lebih baik dari mendapat keuntungan 2 ekor unta..

Masyaa Allaah.... Ha kok rumah di surga malah dapetnya gampang temen, dan mbikin ati tentrem. Beda dengan perjuangan nyari rumah di dunia. Dan tampak harga dunia itu murah, tak lebih mahal dari sholat 2 rokaat sebelum shubuh..

Maka : Di sisa umur yang Allah berikan ini, saya pun bertekad :

Bolehlah gak punya ini dan itu di dunia, yang penting tidak mlarat di akherot sono. Sukur-sukur datang rejeki tak terduga sebagai lazimnya rejeki orang yang bertakwa, bisa punya ini dan itu di saat yang tepat, yang tentu saja hanya bisa diraih dengan usaha dan do'a..

Maka dengan konsep hidup yang seperti inilah, kebahagiaan, kesejahteraan dan kenyamanan hidup bisa menjadi milik semua orang tanpa memandang tebal tipisnya kantong.. InsyaAllah.

Sampeyan boleh punya konsep hidup yang berbeda. Toh masing-masing punya kebahagiannya sendiri..

Wallahu A'lam.. Mudah - mudahan ada manfaatnya..

Barakallahu fiikum.
 
 Islam; Tegashttps://www.facebook.com/islam.tegas


No comments:

Post a Comment

Selamat datang di Rheuem Community, Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga anda berkesan!!